Sabtu, 27 Oktober 2012

Dampak Positif dan Negatif dari Internet yang Dirasakan Secara Individu


Kemajuan teknologi informasi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat. Salah satu bentuk kemajuan teknologi informasi ini adalah internet.
Internet ini telah dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bekerja, kuliah, sekolah, maupun hanya sebagai media hiburan.
Tidak dapat dipungkiri internet sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.Banyak orang yang telah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini, baik muda, tua, anak-anak, laki-laki maupun perempuan. Termasuk saya sendiri yang juga sebagai pengguna internet merasakan manfaatnya, kali ini saya akan menuliskan tentang dampak positif dan negatif dari internet yang saya rasakan.

Dampak Positif .

Dapat meningkatkan fungsi kognitif, Karena saya mendapat berbagai macam informasi yang bermanfaat dari internet sehingga dapat menambah pengetahuan. Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi, Dengan adanya jejaring sosial di internet memudahkan saya untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau saudara yang sudah lama tidak bertemu maupun yang berada jauh, dan juga saya dapat menambah teman baru dari dunia luar pada jejaring sosial tersebut. Selain itu dengan adanya permainan-permainan ataupun situs hiburan lainnya yang dapat diakses melalui internet dapat mengurangi tingkat stress dan mengurangi kejenuhan yang saya rasakan akibat rutinitas yang dilalui setiap hari. Dari informasi-informasi yang saya dapatkan dari internet saya dapat meningkatkan prestasi dalam hal study, karena ilmu yang saya dapat tidak hanya dari bangku sekolah dan kuliah saja tapi juga dari internet yang dapat memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah dengan menggunakan search engine seperti google. Karena saya termasuk orang yang pemalu, saya dapat menumbuhkan kepercayaan diri dengan memasang foto pada akun-akun yang dimiliki di internet. Dapat meningkatkan kreatifitas saya melalui  blog yang ada di internet. Tumbuhnya self disclosure pada diri saya yang cenderung introvert sehingga saya dapat lebih terbuka kepada orang lain.
Dapat menjadi sarana untuk bertukar pikiran mengenai suatu topik/permasalahan, sehingga dapat memberikan ide atau solusi pada saya ataupun orang yang memberi komentar pada blog saya. Beberapa aksi kemanusiaan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar seperti bencana alam dapat diakses langsung oleh masyarakat luas. Aksi tersebut memicu tumbuhnya solidaritas untuk merasakan bahkan membantu individu lain yang sedang tertimpa musibah. Hal tersebut dapat mendorong perkembangan moral yang baik. Internet juga memudahkan saya jika ingin memiliki lagu-lagu ataupun menonton film, melalui search engine yang ada pada internet saya dapat mendownload lagu atau film yang saya inginkan.





















Dampak Negatif.

Selain memiliki dampak positif, di sisi lain internet memiliki dampak negatif yang saya rasakan sebagai pengguna internet. Sebagai mahasiswi saya terkadang menjadi lupa waktu untuk belajar ketika sudah berhubungan dengan internet, contohnya seperti ketika main game atau ketika sudah membuka akun-akun jejaring sosial yang saya miliki di internet. Sering sekali internet juga menimbulkan tindak agresi yang dapat memicu pertengkaran antara pasangan, teman, atau bahkan keluarga. Hanya karena salah tulis dalam jejaring sosial dapat menimbulkan kesalahpahaman dengan orang lain. Bagi remaja seperti saya ini pertengkaran yang cenderung terjadi dengan pasangan dan teman karena remaja lebih sering menggunakan jejaring sosial untuk berhungan dengan teman ataupun pasangan. Sekarang ini internet juga dimanfaatkan oleh banyak orang untuk menjual produk-produk melalui jejaring sosial yang menyebabkan saya terkadang merasa tergiur dengan produk-produk yang ditawarkan sehingga membuat saya menjadi shopaholic , padahal barang yang dibeli belum tentu bermutu dan bermanfaat buat saya sendiri. Internet juga sudah menjadi tempat berkembang biaknya virus, worm, trojan, dan spyware yang dapat membuat komputer atau laptop saya menjadi rusak dan data-data yang sangat penting menjadi hilang.






Kegiatan Menulis di Perguruan Tinggi dan Perencanaan Karangan


1.1 Kegiatan Menulis di Perguruan tinggi

Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan oleh mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester mereka harus menulis makalah atau tulisan lainnya.
Ada kalanya untuk semua mata kuliah yang ditempuh. Akan tetapi banyak keuntungan yang dapat di petik dari pelaksanaan tugas/kelompok tersebut. Yang diantaranya yaitu:
1.    Dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita.
2.    Dapat mengembangkan berbagai gagasan.
3.    Dapat memaksa kita untuk lebih menyerap, mencari serta menguasai informasi tentang topik yang kita tulis.
4.    Mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.
5.    Dapat menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif.
6.    Kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan.
7.    Mendorong kita belajar secara aktif.
8.    Membiasakan kita berfikir serta berbahasa secara tertib.


1.2 Menulis sebagai Proses

Kegiatan menulis adalah suatu proses penulisan.
Kita melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap yang diantaranya yaitu:
1.    Tahap prapenulisan: Penentuan topik,tujuan dan bahan.
2.    Tahap penulisan: Penyusunan paragraph dan kalimat, yang disertai dengan pemilihan kata dan teknik penulisannya.
3.    Tahap revisi: Perbaikan dan pembacaan ulang.


1.2.1 Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan.
1.    Penentuan topik. (diperoleh dari pengalaman dan pengamatan).
2.    Membatasi topik. (Secara eksplisit tujuan penulisan ini dapat dinyatakan dengan tesis dan pernyataan maksud).
3.    Menentukan bahan. (Bahan dapat diperoleh dari pengalaman dan inferensi dari pengalaman).
4.    Menyusun kerangka. (Kerangka itu dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat).


1.2.2 Tahap Penulisan

Pada tahap ini kita membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh diperlukan bahasa, kita harus mampu memilih kata dan istilah yang kemudian dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Lalu kalimat disusun menjadi paragraf yanh memenuhi persyaratan. Selain itu tulisan ini harus ditulis dengan ejaan dengan tanda baca yang tepat.

1.2.3 Tahap Revisi

Pada tahap ini biasanya kita meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraph, pengetikan catatan kaki dan daftar pustaka serta yang lainnya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan kita.



Perencanaan Karangan

Secara teoritis, proses penulisan, meliputi 3 tahap utama, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi. Berikut ini kita akan membahas cara merencanakan karangan langkah demi langkah.


2.1 Pemilihan Topik

Dalam memilih topik ada hal-hal yang perlu di perhatikan, yaitu:
1.    Topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas.
2.    Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis.
3.    Topik itu dikenal baik.
4.    Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dengan memadai.
5.    Topik itu tidak  terlalu luas dan tidakterlalu sempit.


2.2 Pembahasan Topik

Proses pembahasan topik dapat di permudah dengan cara membuat diagram jam atau diagram pohon. Untuk membuat diagaram jam, topik diletakan dalam sebuah lingkaran. Dari topik itu diturunkan yang lebih sempit.



Psikologi Perkembangan - Gender

GENDER
Identitas Gender (gender identity), kesadaran tentang keperempuanan atau kelaki-lakian dalam hal yang diakibatkannya pada masyarakat asli seseorang, adalah sebuah aspek penting dalam mengembangkan konsep diri.
·        Seberapa bedakah anak laki-laki dan anak perempuan?
·        Apa yang menyebabkan perbedaan-perbedaan ini?
·        Bagaimana nak menfembangkan identitas gender dan bagaimana hal ini memengaruhi sikap dan perilaku mereka.

 Perbedaan Gender
Perbedaan gender adalah perbedaan perilaku atau psikososial antara laki-laki dan perempuan, berbeda dari perbedaan jenis kelamin, yaitu perbedaan fisik antar pria dan wanita. Perbedaannya dapat diukur baik fisik maupun perilaku antara bayi laki-laki dan perempuan sangat sedikit. Meskipun beberapa perbedaan gender menjadi lebih jelas pada usia 3 tahun, secara rata-rata anak laki-laki dan perempuan terlihat sangat mirip. Perbedaan utama adalah pada perilaku yang lebih agresif dari anak laki-laki. Selain itu, kebanyakan peneliti menemukan bahwa anak perempuan lebih empatik dan suka menolong (keenan & shaw,1997),dan beberapa menemukan bahwa anak perempuan lebih penurut terhadap orang tua dan mencari persetujuan orang dewasa disbanding laki-laki  (N.Eisenberg,Fabes, Schaller, Miller, 1989; M. L. Hoffman.1977; Maccoby,1980;Turner 7 Gervai, 1995). Pada masa kanak-kanak awal dan juga pada masa praremaja dan remaja, anak perempuan cenderung mengguanakan bahasa yang lebih responsive seperti pujian, persetujuan, pengakuan, dan penjelasan kembali dari apa yang sudah diucapkan oaring lain (Leaper & Smith,2004).                                                                                                                              Secara umum, skor test kecerdasan menunjukkan tidak ada perbedaan antara gender (Keenan & shaw,1997); kebanyakan test yang diguanakan secara luas berupaya menghialangkan bias gender (Neisser at al,. 1996). Meskipun demikian, terdapat perbedaan dalam hal kemampuan spesifik. Perempuan lebih baik dalam kemampuan verbal(tapi tidak analogi), perhitungan matematika, serta tugas-tugas  yang memerlukan koordinasi motorik halus dan persepsi. Laki-laki cenderung lebih baik dalam hal kemampuan keruangan, matematika abstrak dan penalaran sains (Halper, 1977).Perbedaan kognitif ini yang kelihatannya ada diberbagai budaya berbeda, dimulai pada masa wal kehidupan.Keunggulan anak perempuan dalam kelancaran verbal dan kecepatan persepsi sudah terlihat pada masa bayi dan balita, dan kemampuan anal laki-laki yang lebih baik dalam memanipulasi gambar dan bentuk secara mental serta memecahkan persoalan labirin terlihat makin jelas pada masa prasekolah awal. Perbedaan lain tidak tampak pada  masa praremaja dan sesudahnya (Halpern, 1997: Levine, huttenlocher, Tylor & Langrock,1999).
Hal yang perlu kita ingat adalah perbedaan gender hanya valid pada kelompok besar anak dan tidak selalu valid pada tataran individual. Hanya dengan mengetahui jenis kelamin anak, kita tidak bisa memprediksikan apakah anak itu akan menjadi lebih cepat, kuat, cerdas, patuh atau asertif dibanding anak lain.                     

Berbagai Sudut Pandang Perkembangan Gender
Apa yang menyebabkan perbedaan gender, dan mengapa beberapa diantaranya baru muncul seiring dengan pertambahan usia? Sebuah penjelasan yang paling berpengaruh, hingga akhir-akhir ini, berpusat pada adanya perbedaan pengalaman dan pengharapan sosial yang ditemui anak laki-laki dan perempuan sejak mereka lahir. Pengalaman-pengalaman ini berhubungan dengan tiga aspek identitas gender: peran, penipean, dan stereotip gender.
            Peran Gender (gender roles) adalah sekumpulan perilaku minat, sikap, keahlian, dan trait kepribadian yang dianggap sesuai oleh sebuah budaya terhadap laki-laki atau perempuan.Seperti di Cile tempat Isabel Allende, perempuan diharapkan mendedikasikan waktu mereka untuk merawat rumah dan anak-anak, sedangkan laki-laki sebagai penyedia kebutuhan dan pelindung.Perempuan juga diharapkan menurut dan telaten; laki-laki diharapkan aktif, agresif, dan kompetitif.
            Penipean Gender (gender typing) sebuah proses dimana anak mendapatkan peran gender. Terjadi pada awal masa kanak-kanak, tetapi tingkat penipean gender masing-masing anak berbeda-beda.Stereotip Gender (gender stereotypes) adalah hubungan generalisasi yang sudah ada sebelumnya mengenai perilaku laki-laki atau perempuan, seperti “Semua perempuan pasif dan bergantung: semua laki-laki agresif dan mandiri”. Stereotip gender diserap oleh banyak budaya. Hal tersebut muncul pada beberapa tingkatan anak-anak, paling muda pada usia 2 atau 3 tahun, meningkat selama masa prasekolah, dan mencapai puncaknya pada usia 5 tahun.

Pendekatan Biologis
Adanya kesamaan peran gender diberbagai budaya menunjukkan bahwa perbedaan gender, setidaknya, mungkin berdasarkan perbedaan biologis dan peneliti kontemporer, telah mengumpulkan bukti penjelasan biologis mengenai perbedaan gender: genetic, hormone, dan sistem saraf.
            Hormon dalam darah sebelum atau sesaat sebelum lahir dapat memengaruhi otak yang masih berkembang. Pada usia 5 tahun, ketika otak anak mencapai ukuran yang hampir sama dengan otak orang dewasa, otak anak laki-laki lebih besar 10 persen dibandingkan anak perempuan, disebabkan karena anak laki-laki memiliki gray matter yang lebih banyak pada korteks serebrum, sedangkan anak perempuan memiliki kepadatan neuron yang lebih tinggi. Kita memiliki bukti bahwa perbedaan ukuran copus callosum, kumpulan jaringan yang menghubungkan otak bagian sebelah kiri dan kanan berhubungan dengan kelancaran bahasa.Karena anak perempuan memiliki copus callosum yang lebih besar, koordinasi yang lebih baik antara otak kiri dan kanan mungkin dapat menjelaskan mengapa anak perempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih tinggi.
            Dalam sebuah penelitian terhadap anak berusia 3-19 tahun, anak dengan CAH (congenital adrenal hyperplasia) menunjukkan pemilihan terhadap mainan laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan saudara perempuan mereka yang tidak memiliki kelainan ini meskipun orang tua mereka mendorong perilaku yang sesuai dengan gender mereka.Mungkin contoh yang paling dramatis dari penelitian berdasarkan biologis adalah bayi yang diubah jenis kelaminnya menjadi perempuan secara medis karena hilangnya alat kelamin atau kelamin yang ambigu (sebagian laki-laki sebagian perempuan). Penelitian ini menunjukkan bahwa identitas gender mungkin didasari oleh struktur kromosom atau perkembangan sebelum lahir sehingga tidak bisa diubah dengan mudah.

PENDEKATAN KOGNITIF
Menurut Kolhberg dan para ahli kognitif lain, anak secara aktif mencari petunjuk mengenai gender dalam dunia sosial mereka→siapa melakukan apa dan siapa dapat bermain dengan siapa. Ketika anak menyadari dirinya termasuk ke dalam gender yang mana, ,mereka mengadopsi perilaku yang mereka anggap sesuai dengan gender tersebut.
Menurut Kohlberg perolehan peran gender bergantung pada konstanta gender (gender constanty), atau disebut juga konstanta kategori jenis kelamin→kesadaran anak bahwa jenis kelaminnya selalu tetap. Konstanta gender tumbuh dalam tiga tahap:
Identitas, stabilitas, dan konsistensi gender (Ruble & Martin, 1998; Szkrybalo & Ruble, 1999).  Identitas gender→kesadaran mengenai gendernya sendiri dan orang lain, biasanya muncul pada usia antara 2 sampai 3 tahun. Stabilitas gender muncul ketika anak perempuan sadar bahwa ia akan tumbuh sebagai seorang wanita dan anak laki-laki menyadari bahwa ia akan tumbuh menjadi seorang pria. Dengan perkataan lain, gender adalah sesuatu yang tetap meskipun usia seseorang berubah. Pada saat usia 3 dan 7 atau bahkan lebih, tumbuhlah konsistensi gender: kesadaran bahwa perempuan akan tetap menjadi perempuan meskipun rambutnya dipotong pendek, memakai celana, atau anak laki-laki tetap menjadi laki-laki meskipun ia memiliki rambut panjang atau memakai anting.
Pendekatan kognitif yang menggabungkan elemen perkembangan kognitif dan teori belajar sosial adalah teori skema gender (gender schema theory), yang mencoba menggambarkan mekanisme kognitif bagaiaman pembelajaran gender dan penipean gender terjadi.
Skema (mirip dengan skema Piaget) adalah sebuah jaringan yang terorganisasi secara mental mengenai informasi yang memengaruhi berbagai macam perilaku. Menurut teori skema gender, anak mulai (kemungkinan  besar dari bayi) mengategorikan berbagai kejadian dan orang, mengatur pengamatan mereka di sekitar skema, atau kategori, dari gender. Mereka mengatur informasi ini dengan dasar bahwa mereka melihat masyarakat mereka mengklasifikasi orang dengan cara ini: laki-laki dan perempuan menggunakan pakaian, bermain dengan mainan, dan menggunakan kamar mandi yang berbeda. Setelah mengetahui jenis kelaminnya, anak mengambil peran gender dengan mengembangkan konsep arti menjadi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat mereka. Anak kemudian menyesuaikan perilaku mereka dengan skema gender budaya-apa yang “seharusnya” dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan.
Masalah yang timbul dari kedua teori skema gender maupun teori Kohlberg adalah stereotip gender tidak selalu meningkat seiring dengan peningkatan pengetahuan gender; bahkan sering kali yang terjadi adalah berlawanan (Bussey & Bandura, 1999). Pandangan saat ini yang didukung oleh hasil penelitian, adalah stereotip gender meningkat, kemudian menurun seiring dengan pola perkembangan (Rule & Martin, 1998; Welch-Ross & Schmidt, 1996). Sekitar usia 4-6, menurut  teori skema gender, anak mengonstruksi dan mengonsolidasikan skema gender, mereka hanya menyadari dan mengingat informasi yang sesuai dengan skema ini dan bahkan melebih-lebihkannya. Bahkan mereka cenderung untuk salah mengingat informasi yang bertentangan dengan stereotip gender, seperti foto anak perempuan yang menggergaji kayu atau anak laki-laki yang memasak, dan bersikeras mengatakan jenis kelamin pada foto itu adlah sebaliknya. Anak kecil akan dengan cepat menerima label ketika diberi tahu bahwa sebuah mainan yang tidak familiar adalah untuk lawan jenisnya, mereka akan melepaskan dengan segera, dan mereka juga mengharapkan orang lain melakukan hal yang sama (C.L. Martin. Eisenbund & Rose, 1995; Martin  & Ruble, 2004; Ruble & Martin, 1998).
Pada usia 5 dan 6 tahun, anak mengembangkan perbendaharan stereotip yang kaku mengenai gender dan mengaplikasikannya pada diri sendiri dan orang lain. Anak laki-laki akan lebih memperhatikan apa yang dianggap sebagai mainan “laki-laki” dan anak perempuan terhadap mainan “perempuan”. Anak laki-laki akan berharap bisa melakukan lebih dari baik pada hal-hal yang dianggap “laki-laki” daripada “perempuan”, dan ketika mencoba sesuatu, misalnya mendandani boneka, mereka akan sangat kikuk. Kemudian pada usia 7 atau 8 tahun, skema menjadi lebih kompleks seiring dengan integrasi anak mengenai informasi yang bertentangan, seperti fakta bahwa kebanyakan anak perempuan juga memakai celana. Anak mengembangkan keyakinan yang lebih kompleks mengenai gender dan jadi lebih fleksibel mengenai pandangan mereka terhadap peran gender.
Pendekatan kognitif terhadap perkembangan gender telah memberikan konstribusi penting dengan mengeksplorasi bagaimana anak berpikir mengenai gender dan apa yang mereka ketahui mengenai hal ini pada usia yang berbeda, Meskipun demikian, pendekatan ini tidak bisa secara penuh menjelaskan keterkaitan antara pengetahuan dan perilaku. Ada perdebatan mengenai mekanisme pasti yang membuat anak melakukan peran gender tertentu dan mengapa sebagian anak lebih memiliki penipean gender yang lebih kuat dibandingkan yang lain (Bussey & Bandura, 1992, 1999; Martin & Ruble, 2004; Ruble & Martin, 1998).Beberapa peneliti menunjuk pada sosialisasi.

PendekatanPembelajaranSosial
       Pada teori belajar tradisional, anak memperoleh peran model dari apa yang diamati. Anak biasanya memilih model yang dianggap kuat dan telaten. Biasanya model seseorang adalah orang tuanya, sering kali yang berjenis kelaminsama, tetapi anak juga membuat pola dari perilaku orang dewasa lain dan juga teman sepermainanmereka .Umpan balikdari perilaku bersama dengan pengajaran orang tua, guru, dan orang dewasa lain mendorong penipean gender.
TeorikognitifSosial (Albert Bandura)
        Sebuah perluasan dari teori belajar social, melihat gender sebagai hasil gabungan berbagai pengaruh yang kompleks, baik personal maupun social. Sosialisasi bagaimana anak menginterpretasi dan menginternalisasi pengalaman dengan orang tua, guru, teman dan institusi masyarakat, memainkan peran yang penting.
PengaruhKeluarga
Anak laki-laki cenderung lebih memperhatikan sosialisasi dalam permainan yang berhubungan dengan gender dibanding perempuan. Orang tua, terutama Ayah, biasanya lebih menunjukan ketidak setujuan jika anak laki-laki bermain dengan boneka dibandingkan anak perempuan bermain mobil-mobilan. Anak perempuan memiliki kebebasan yang lebih dibandingkan anak laki-laki dalam memilih mainan, pakaian, dan temanbermain.
Dalamkeluarga yang egalite, peran ayah dalamsosialisasi gender menjadi sangat  penting.Dalam sebuah penelitian pengamatan  terhadap anak berusia 4 tahun di inggris dan hungaria, anaklaki-laki dan perempuan yang ayahnya ikut terlibat dalam tugas rumah tangga dan pengasuhan anak menjadi lebih tidak sadar mengena istereotip gender dan terlibat dalam permainan yang tidak memiliki stereotip gender.
Menurut sebuah penelitian longitudinal selama tiga tahun terhadap 198 anak pertama dan anak kedua yang bersaudara (usia median 10 dan 8) dan orang tua mereka. Anak kedua cenderung lebih mirip dengan saudara tuanya dalam hal sikap, kepribadian, dan aktivitas waktu senggangnya. Anak pertama lebih dipengaruhi oleh orang tuanya dan bukan oleh saudara mudanya.

Pengaruh teman sebaya
Pada masak anak-kanak awal, teman sebaya adalah hal utama yang memengaruhi penipean geder.Teman sebaya mulai mendorong perilaku penipean gender pada usia 3 tahun, dan pengaruh ini meningkat seiring pertambahan usia.Anak-anak, seperti juga orang tua mereka, tidak senang dengan anak laki-laki yang bertindak “seperti wanita” dibandingkan anak perempuan yang tomboy.
Bahkan pemelihan permainan pada usia ini lebih dipengaruhi secara kuat oleh teman sebaya dan media dibandingkan oleh model yang anak-anak lihatdirumah. Meskipun demikian, biasanya sikap orang tua dan teman sebaya bekerja saling melengkapi. Teori kognitif social melihat teman sebaya sebagai pengaruh independen terhadap sosialisasi, tetapi sebagai bagian dari system budaya yang kompleks yang melampaui orang tua dan juga agen sosialisasi yang lain.

PengaruhBudaya
           Di AS, Televisi adalah saluran utam apenyebarluasan sikap budaya terhadap gender. Meskipun parawanita dalam program televis dan iklan lebih mungkin untuk bekerja diluar rumah dan terkadang laki-laki diperlihatkan mengurus anak atau memasak, sebagian besar kehidupan yang digambarkan ditelevisi tetap lebih bersifat stereotip dibandingkan kenyataan.
Teori belajar social meramalkan bahwa anak yang banyak menonton siaran televise lebih memiliki penipean gender dengan meniru model yang mereka lihat dilayar kaca. Bukti pendukung yang sangat dramatis muncul dari sebuah eksperimen alamiah dibeberapa kota di kanada yang memperoleh akses siaran televisi untuk pertama kalinya. Anak yang tadinya relatif memiliki sikap yang tidak memiliki stereotip menunjukkan peningkatan pandangan yang lebih tradisional dua tahun kemudian. Dalamsebuah penelitian lain, anak-anak yang menonton serial televisi  yang tidak tradisional seperti episode dimana ayah dan anak laki-lakinya memasak bersama, memiliki pandangan stereoptik yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidakmenonton serial itu.
Buku anak, terutama yang bergambar, sejak lama telah menjadi stereoptip gender. Sekarang, proporsi perempuan sebagai karakter utama sudah meningkat, dan anak-anak makin sering diperlihatkan sedang melakukan kegiatan yang eas dari penipean gender (anakperempuan  yang berpakain pilot atau sopir ambulans, anak laki-laki yang hadir dipesta minum teh ata umembant umencuci). Meskipun demikian, bahkan dalam buku bergambar yang baik, perempuan sering kali diperlihatkan dalam  perandomestik yang tradisional, dan laki-laki jarang di perlihatkan mengasuh anak atau melakukan pekerjaan rumah  tangga. Ayah, bahkan, biasanya tidakhadir, dan ketikamuncul, biasanya digambarkan sebagai orang tua yang tertutup dan tidak efktif.
Kekuatan utama dari pendekatan sosialisasi adalah kedalamandan keluasan berbagai macam proses yang diamatinyaserta lingkup perbedaan individual yang brhasil disingkap. Namun, kekompleksan ini membuatya sulit untuk menghasilkan suatu hubungan kausal yang jelas antara cara anak dibesarkan dengan bagaimana mereka berfikir atau bertindak.

Sabtu, 20 Oktober 2012

komunitas online-polarisasi kelompok-kelompok kerja virtual


KOMUNITAS ONLINE

Komunitas adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi diantara anggotanya berdasarkan adanya kesamaan. Sebuah komunitas harus melakukan kegiatan rutin yang menandakan bahwa komunitas itu eksis.
Komunitas online merupakan komunitas yang mempunyai keunikan tersendiri. Dibilang unik karena para anggota didalam sebuah komunitas online bisa secara bersama-sama melakukan suatu aksi tanpa harus berkumpul di satu tempat.
Tak bisa dipungkiri bahwa secara psikologis jika sesorang rutin bertemu dan berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai kesamaan minat di sebuah komunitas akan menimbulkan ikatan emosional tersendiri dihati orang tersebut terhadap komunitasnya.





POLARISASI KELOMPOK

Polarisasi kelompok merupakan sebuah gejala lain dari pengambilan keputusan ialah adanya penggeseran keputusan yang menuju kepada keputusan yang ekstrim, yaitu keputusan yang beresiko tinggi (derajat resiko dari keputusan kelompok lebih tinggi dari derajat resiko yang berani diambil oleh setiap kelompoknya) atau keputusan yang sangat rendah derajat resikonya (memiliki derajat yang lebih rendah dari derajat resiko yang dapat diambil oleh para anggotanya.




KELOMPOK KERJA VIRTUAL

Tim Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama secara online, kendati mereka dipisahkan ruangan ataupun benua.
Tim Virtual dapat melakukan banyak hal ketimbang tim-tim lainnya, misalnya saling berbagi informasi, membuat keputusan, merampukngkan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain yang face-to-face, yaitu :
(1) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik.
(2) terbatasnya konteks sosial.
(3) kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.


Sabtu, 13 Oktober 2012

INTERNET ADDICTION (KECANDUAN INTERNET)


Bagai dua sisi mata uang, internet merupakan berkah sekaligus dilema. Dengan teknologi informasi terbaru ini berbagai perubahan besar terjadi dalam kehidupan. Internet memungkinkan siapa saja bekerja dari mana saja, berbelanja, hingga membangun komunikasi dan interaktif.

Namun, internet membuat Anda terpaku di depan layar dan menghabiskan waktu lebih lama dari yang Anda sadari. Saat sedang berselancar untuk mencari sesuatu, tanpa sadar, Anda telah berpindah dari satu situs ke situs berikutnya.

Kegemaran untuk selalu berhadapan dengan dunia maya ini dapat dikatakan sebagai “internet addiction atau kecanduan internet”.
Internet Addiction merupakan kelainan yang muncul pada orang yang merasa bahwa dunia maya pada layar komputernya lebih menarik dibandingkan dengan kehidupannya sehari-hari.

Adiksi atau kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tak mampu lepas dari keadaan itu. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.




Kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Pencandu tidak dapat mengontrol diri sehingga mengabaikan kegiatan lainnya. Umumnya, pencandu asyik sehingga lupa waktu, sekolah, kuliah, pekerjaan, lingkungan sekitarnya, hingga kewajiban lain. Tak jarang pencandu berhari-hari tidur di warung internet, itu terjadi karena yang bersangkutan memperoleh kesenangan, kenyamanan, dan keasyikan dari aplikasi internet yang diaksesnya.



Ciri-ciri individu yang mengalami Internet Addiction adalah :

1. Tingkat toleransi meningkat, sementara tingkat kepuasan berkurang
Dari waktu ke waktu, Anda membutuhkan lebih banyak waktu berselancar di internet untuk mendapatkan kepuasan yang sama.
 

2. Kehilangan Interaksi Sosial
Anda cenderung menarik diri selama beberapa hari dalam sebulan saat mengurangi waktu berselancar dalam jaringan. Gejala ini kemudian membahayakan atau merusak kemampuan Anda untuk berinteraksi sosial.
 

3. Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah adalah menggunakan internet.
 

4. Menggunakan internet lebih sering dan lebih lama, daripada yang Anda inginkan.
 

5. Menghabiskan sebagian besar waktu malam hari dengan kegiatan yang berhubungan dengan internet.
 

6. Berhenti melakukan interaksi sosial dengan orang sekitar, pekerjaan atau kegiatan rekreasi dan menggantinya secara online.
 

7. Berisiko kehilangan hubungan penting, pekerjaan, kesempatan pendidikan atau karir karena penggunaan internet yang berlebihan.

 

 

Sekarang mari kita mengenal jenis-jenis Internet Addiction.

  •  Kecanduan Cybersex yaitu penggunaan situs-situs pornografi di internet, media chating orang dewasa, atau fantasi orang dewasa dalam bermain peran situs berdampak negatif terhadap kehidupan nyata hubungan intim.

  •  Cyber-Hubungan Ketergantungan yaitu mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online.

  • Dorongan Net - seperti game online, perjudian online, belanja online dan perdagangan online.

  • Informasi Overload yaitu kebutuhan informasi yang berlebihan yang menyebabkan Anda terdorong untuk melakukan web surfing.

  •  Ketergantungan Komputer yaitu terobsesi dengan permainan( off-line game) komputer.

 

Internet bukanlah sebuah bencana, sebaliknya, jelas internet telah membantu proses pencerdasan bangsa, mengubah dunia menjadi sebuah kampung kecil, dimana jarak dan waktu tidak lagi menghambat penyebaran informasi. Komunikasi antar manusia, walau jauh jaraknya, kini dengan adanya berbagai jejaring sosial telah memudahkan interaksi. Kembali pada apa yang dilakukan seseorang dalam menggunakan teknologi ini, apakah bermanfaat atau tidak? apakah baik atau buruk?

Kecanduan itu dapat dicegah jika orangtua dan orang dewasa berperan aktif. Berikan pemahaman untung ruginya atau konsekuensi sesuai umur masing-masing. Internet terbukti sangat bermanfaat selama masih bisa kita kontrol.

Pengobatan bagi yang kecanduan di antaranya psikoterapi, obat antipsikotik, antidepresi, dan terapi keluarga. Akar masalah yang memicu seseorang lari ke internet pun harus diketahui.



Sumber Artikel:

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pendekatan Psikologis-Mengapa manusia membutuhkan/tidak membutuhkan internet


Mengapa Manusia Membutuhkan atau Tidak Membutuhkan Internet?

Internet, merupakan sebuah system yang dapat menghubungkan jaringan-jaringan komunikasi dari suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Internet sendiri sudah ada dari jaman dahulu sampai sekarang yang semakin hari semakin berkembang. Sekarang internet sudah bisa dinikmati dan digunakan oleh seluruh komponen individu yang ada di dunia ini.
Bahkan kini internet sudah bisa digunakan pula dengan menggunakan teknologi nirkabel ataupun wifi itu sendiri yang memungkinkan kita dapat mengakses internet dimana saja dan kapan saja sehingga kita bisa mencari informasi, mengirim tugas, mengunakan situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter yang dapat membuat kita bisa bersosialisasi dengan teman-teman sudah lama tidak bertemu atau teman yang berada di jarak jauh. Internet merupakan teknologi yang sangat berkembang tapi tentu saja ada dampak yang di timbulkan untuk psikis pengguna internet tersebut.
Sebelum membahas tentang hubugan psikologi dengan internet, kita harus mengetahui dahulu pengertian dari psikologi dan internet.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku setiap manusia mulai dari yang tampak maupun yang tidak tampak dilihat dari sisi fisik dan psikis. Sedangkan internet adalah sebuah perkembangan kemajuan teknologi. Kini keduanya berjalan beriringan dan sudah sangat sulit dipisahkan dengan pola kehidupan manusia di era globalisasi ini.
      Jika di lihat dari sisi psikologi disinilah muncul hubungan yang cukup signifikan. Pengaruh internet dapat mengubah gaya hidup dan profil sang pengguna menjadi konsumtif dan cenderung menganggap mudah persoalan karena mereka terbiasa dimanjakan oleh kemudahan dan berjuta fasilitas. Pengaruh internet dapat membantu penyempurnaan bahan atau materi yang terdapat
pada mata kuliah psikologi. Internet juga dapat manjadi sarana bagi para pelajar ataupun mahasiswa untuk mengisi waktu luang ataupun menghilangkan rasa jenuh mereka dengan aplikasi-aplikasi yang tersedia di internet. Salah satunya adalah Game Online.


 
Dampak Positif Internet.

Sebagai teknologi ciptaan manusia, pasti memiliki dampak positif  bagi para penggunanya. Berikut beberapa contohnya: 
 
  • Internet memberikan segala informasi pendidikan yang sangat banyak dan luas, hal ini tentu sangat berguna bagi para siswa ataupun mahasiswa dalam menunjang proses belajar mereka.
     
  • Internet membuat proses belajar menjadi lebih cepat, hal ini dikarenakan internet sangat mudah digunakan dan didukung oleh banyaknya search engine (mesin pencari) seperti Google untuk mencari informasi. Pengguna tinggal membuka mesin pencari, memasukkan kata kunci yang diinginkan, lalu munculah segala informasi yang dibutuhkan.
     
  • Tak hanya soal pendidikan, internet juga menyuguhkan jejaring sosial yang berguna untuk melatih siswa ataupun mahasiswa agar lebih baik dalam bersosialisasi, baik dengan orang-orang yang sudah dikenal maupun dengan orang asing.
     
  • Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
     
  • Remaja yang kesehariannya bergaul dengan internet akan lebih tanggap terhadap perubahan informasi disekitarnya karena ia terbiasa dan lebih mengetahui tentang informasi-informasi tersebut sehingga dia lebih daripada yang lainnya.
     
  • Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
     
  • Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan.


    Dampak Negatif Internet.

    Internet diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia, tapi bagaimanapun juga internet memiliki sisi negatif yang tak bisa dihindari oleh siapapun, khususnya para remaja. Remaja adalah anak berusia muda, usia seperti ini umumnya labil dan cenderung ingin tahu. Berikut beberapa contoh pengaruh internet terhadap prestasi belajar remaja dari segi negatif.
      
    • Banyaknya situs hiburan seperti situs musik, games, atau film, akan membuat remaja terlena dan lupa waktu. Situs-situs seperti ini boleh dikonsumsi sebagai hiburan untuk membuat otak tidak jenuh, tapi kalau sampai lupa waku belajar tentu prestasi juga akan menurun.
       
    • Saat ini banyak sekali situs jejaring sosial yang dikenal oleh para remaja, hal ini bisa menyebabkan remaja lupa waktu dan sibuk mencari hiburan lewat jejaring sosial. 

    • Pornografi.
      Para remaja  yang baru mengenal internet biasanya menggunakan fasilitas ini untuk mencari hal yang aneh-aneh. Seperti gambar-gambar yang tidak senonoh, atau video-video aneh yang bersifat asusila lainnya yang dapat mempengaruhi jiwa dan kepribadian dari remaja itu sendiri. Remaja yang melakukan hal itu di akibatkan kurangnya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan juga sekitarnya.
       
    •  Violence and Gore.
      Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara agar dapat ‘menjual’ situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat tabu.